REVITALISASI KADER POSYANDU LANSIA SABAR NARIMO SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI PTM PADA LANSIA DSN. LEMPUYANGAN DESA GEBUGAN KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
DOI:
https://doi.org/10.55606/pkmsisthana.v2i1.33Keywords:
Revitalisasi kader, posyandu lansia, PTMAbstract
Indonesia sedang mengalami transisi menuju struktur penduduk tua (ageing population) sebagai dampak peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Peningkatan jumlah lansia ini diikuti dengan peningkatan ragam penyakit degeneratif, seperti hipertensi, diabetes, stroke, dan penyakit jantung koroner. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular ke peningkatan penyakit tidak menular (PTM) sehingga kaum lansia cenderung mempunyai penyakit yang multipatologis. Kementerian Kesehatan mencatat, angka sakit pada kaum lansia terhitung cukup besar, mencapai 25,05 persen pada 2014. Permasalahan meningkatnya populasi lansia memerlukan bentuk pelayanan kesehatan tersendiri salah satunya penyelenggaraan Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia (posyandu lansia). Hasil pengkajian di Posyandu Lansia Sabar Narimo terdapat sekitar 100 lansia yang terdaftar di dusun Lempuyangan, namun karena keterbatasan kader pelaksanaan posyandu hanya sebatas pengukuran tekanan darah dengan metode kunjungan rumah. Mayoritas kader tidak mengetahui pelayanan posyandu dengan sistem 5 meja. Beberapa lansia mengalami stroke karena hipertensi kronis yang baru diketahui saat masuk RS. Intervensi keperawatan yang disusun untuk mengatasi masalah defisiensi kesehatan komunitas karena tingginya angka kejadian PTM pada lansia disertai kurang optimalnya program pelayanan kesehatan melalui posyandu lansia setempat adalah dilaksanakannya revitalisasi posyandu lansia sebagai upaya pengendalian PTM berbasis pemberdayaan masyarakat. Analisis fenomena tersebut menjadi latar belakang tim pengabdian masyarakat Akper Kesdam IV/Diponegoro bekerjasama dengan Puskesmas Bergas untuk melaksanakan kegiatan bertema, “Revitalisasi Kader Posyandu Lansia Sabar Narimo Sebagai Upaya Pengendalian PTM Pada Lansia Di Dusun Lempuyangan Desa Gebugan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang”. Hasi kegiatan terjadi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu lansia dalam pelaksanaan pelayanan posyandu 5 meja.
References
Darmojo, B. (2009). Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Depkes RI. (2008). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia lanjut bagi PetugasKesehatan: Materi Pembinaan. Jakarta: direktorat bina kesehatan usia lanjut
Depkes, RI. (2006). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta.
Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Fatimah, S. 2010. Buku Ajar Geriatri. Fakults Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
Kemenkes RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Buletin Jendela : Jakarta
Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.
Maryati, Heni.dkk.(2013).Gambaran FungsiKkognitif pada Lansia di UPT Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto.Jawa Timur : Program Studi D-3 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang.
Nugroho, W (2008). Keperawatan Gerontik& Geriatrik, Edisi-3. Jakarta:EGC
World Health Organization, 2015. Global Health and Aging. Available athttp://www.who.int/ageing/publications/global_health.pdfdiakses pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 10.30 WIB
Yundini, 2009, Faktor Resiko Hipertensi dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, PT. Gramedia, Jakarta.